Wow! ​Gadis Miskin Ini Tak Malu Kerja Di Restoran Cuci Piring. Beberapa Tahun Kemudian Prestasinya Malah Bikin Semua Orang Salut. Simak Selengkapnya...

Di sebuah desa terpencil di Tiongkok, ada sepasang kakak beradik bernama Xiao Yan (kakak) dan Xiao Hui (adik). Mereka berdua berasal dari keluarga miskin. Ketika mereka lahir, sang ayah sudah menginjak usia 43 tahun.


Sejak kecil Xiao Yan selalu mendapat nilai bagus di sekolah. Pada suatu sore, sepulang Xiao Yan dari sekolah, ia menunjukkan kertas ujiannya kepada ayah dan ibu. "Papa, papa! Lihat! Aku dapat nilai 100!" Xiao Yan sangat senang dan melompat-lompat sambil memperlihatkan kertas ujiannya. Tapi, sebaliknya, tidak terlihat sedikit pun senyuman di wajah ayah dan ibunya.

Kini sudah waktunya Xiao Yan lulus SD dan naik SMP. Tiba-tiba, orang tua Xiao Yan bilang kepadanya, "Xiao Yan… Papa dan mama tidak sanggup lagi membayar uang sekolahmu. Adikmu masih SD, juga mau sekolah. Papa dan mama cuma sanggup membiayai salah satu dari kalian..."

Mendengar perkataan mama dan papa, Xiao Yan tidak mengerti. Ia masih terlalu kecil. Namun yang pasti, ia merasa sangat sedih. Ia sangat suka pergi ke sekolah. Tangisannya pun keluar.


Bukan hanya Xiao Yan saja, sang ayah, Da Yun pun juga ikut menangis. "Maafkan papa… Papa tidak berguna… tidak punya uang untuk mengantar kalian berdua ke sekolah…"

Saat ini, sang adik Xiao Hui yang baru saja habis bermain dari pekarangan rumah datang dan mendapati kakaknya menangis. Xiao Hui yang tadinya senang pun mendadak terdiam. Melihat kakaknya menangis, ia bertanya, "Kakak kenapa nangis…?" Xiao Yan tidak menjawab dan hanya diam memeluk Xiao Hui sambil menangis…

Melihat kedua kakak adik begitu akur, dua-duanya merupakan buah hati sendiri, tidak ada yang lebih disayang, dua-duanya sama-sama di sayang, tapi ada daya papa dan mama tidak sanggup membiayai mereka berdua…..
Mama Xiao Yan pun berbisik ke suaminya, "Kasihan Xiao Yan… Apa kita kasih Xiao Yan saja yang pergi?"

Suaminya bilang, "Lalu bagaimana dengan Xiao Hui?"

Keduanya pun terdiam. Sungguh pertimbangan yang berat. Saat ini, tiba-tiba Xiao Yan angkat bicara, "Pa, Ma, biar Xiao Hui saja yang pergi!"

Papa dan mama sangat terkejut! Xiao Yan sendiri mau mengalah untuk adiknya. Papa dan mama pun sedikit merasa lega namun hati ini masih terasa sesak. Mereka tahu kalau Xiao Yan anak yang berbakat.

Xiao Yan yang baru saja tamat SD akhirnya tidak melanjutkan sekolah dan pergi ke kota bersama papa untuk bekerja mencari uang. Ayah Xiao Yan bekerja di daerah proyek sebagai kuli bangunan, sedangkan Xiao Yan bekerja di restoran sebagai pencuci piring. Xiao Yan yang seharusnya berada di sekolah, bermain dan belajar bersama teman-teman layaknya seorang murid SMP, kecil-kecil sudah harus putus sekolah dan mencari uang.

Memang sudah takdir, nasib buruk kembali menimpa keluarga Xiao Yan. Ayah Xiao Yan tewas di tempat kerja karena mengalami kecelakaan fatal saat menjalankan proyek. Sejak saat itu, Xiao Yan-lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Xiao Hui kecil masih sekolah dan mamanya hanya seorang ibu rumah tangga. Demi Xiao Hui bisa melanjutkan sampai SMP, SMA dan perguruan tinggi, Xiao Yan bekerja banting tulang di kota untuk mencari uang yang banyak.

Xiao Yan sering menelpon ke rumah dan mencari adiknya, "Xiao Hui, kamu harus rajin belajar yah! Dengar apa kata ibu... Tunggu kakak pulang, nanti kakak belikan kamu baju dan seragam baru….. Kamu harus jaga ibu baik-baik yah….."

Kadang, Xiao Hui pun mengabarkan kepada Xiao Yan, "Kakak! Aku dapet nilai 100 loh! Aku pengen kasih kakak lihat…. Nanti pas kakak pulang yah! …...Kak, jaga diri baik-baik yah….." Xiao Yan yang berada di ujung telepon tidak sanggup menahan air matanya. Bekerja seorang diri merantau di kota tidaklah mudah. Xiao Yan sama sekali tidak pernah mengeluh atau menyalahkan siapa-siapa. Ia menutup telepon, mengusap air matanya dan kembali ke tempat kerja.

Waktu berlalu bergitu cepat. Dalam sekejap mata, Xiao Hui lulus dari perguruan tinggi dengan IPK nyaris sempurna. Pada hari kelulusan, Xiao Yan minta izin untuk menghadiri acara wisuda adiknya. Karena Xiao Hui berprestasi, ia diminta naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan dan memberikan pidato pendek. Berdiri di atas panggung, Xiao Hui mencari sosok kakaknya yang duduk di tengah-tengah hadirin lainnya. Ketika mata mereka bertemu, Xiao Hui berbicara melalui mikrofon, "Aku ingin mengucapkan terima kasih pada kakakku. Kalau tidak ada dia, tidak akan ada aku yang sekarang. Kak, terima kasih….." Xiao Hui menatap Xiao Yan dari atas panggung dan membungkukkan badannnya memberi hormat. Semua guru, siswa dan hadirin pun bertepuk tangan. MC pun mengundang Xiao Yan untuk naik ke atas panggung. Mereka berdua berpelukan dan meneteskan air mata. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan Xiao Yan saat itu selain rasa bangga dan suka cita.

Selang beberapa tahun, Xiao Yan menggunakan uang hasil jerih payahnya membeli sebuah toko dan membuka usaha sendiri. Xiao Yan yang sudah bertahun-tahun terjun di masyarakat dan berpengalaman pun akhirnya berhasil mengembangkan usahanya dan menjadi wanita yang sukses dengan penghasilan miliaran, sampai diliput di televisi.

Dari kisah Xiao Yan bisa kita serap, tidak peduli apapun jenjang pendidikanmu, asal kamu mau bekerja, mau belajar, mau berusaha, tidak ada yang mustahil. Pengalaman juga tidak kalah penting dari pendidikan. Sekolah bukanlah jaminan untuk sukses, tapi rajin adalah bekal dari segala kesuksesan.

Sumber: pixpo

Postingan populer dari blog ini

Merebak Fenomena Kerdus Alias Kerudung Dusta. Begini Penjelasan Dalam Islam...

Ibu Mertua Belikan Mobil untuk Kakak Ipar Sementara Kami Hanya Rice Cooker. Begitu Dibuka Malah Bikin Tambah Nangis Terisak-isak...

Mendadak Kaya Dalam Semalam. Keluarga Miskin Ini Rumahnya Dibeli Seharga 1.5 Triliun! Selengkapnya...