Tercengang! Kisah Ayah Seorang Tukang Bangunan Yang Terburu-buru Menghadiri Rapat Wali Murid Ini Malah Ditertawakan. Namun Tak Disangka Saat Bepidato Semua Orang Jadi Salting. Selengkapnya...
Pada jam 7 di pagi hari, para orang tua murid sudah berkumpul dan memasuki kelas untuk rapat wali murid.
Terlihat jelas sekali, semua orang berdandan dan berpenampilan rapi. Mungkin mereka ingin diri mereka terlihat berkelas dan dihormati para guru. Para orang tua pun mulai mencari tempat duduk anaknya masing- masing dan duduk di sana.
Rapat dimulai pada pukul 7.30, ketika waktunya sudah tiba, pintu pun ditutup. Namun tak berapa menit setelah itu, pintu kelas tiba- tiba terbuka perlahan- lahan, rupanya masih ada 1 orangtua murid lagi yang baru datang.
Begitu ia masuk, semua orang menatapinya.. Ia memakai baju yang terlihat lusuh dan penuh lumpur, sekali lihat, semua orang pasti tahu ia baru selesai bekerja dari lapangan bangunan dan belum sempat pulang untuk bersih- bersih. Namun ia tetap memasang wajah yang penuh senyum dan sopan santun, ia juga tidak lupa meminta maaf pada guru karena terlambat.
"Selamat pagi, Pak. Nama anaknya siapa ya…?"
"Saya ayah dari Toni."
"Ooh..", jawab guru dengan ekspresi sedikit kaget.
Melihat kelas yang begitu penuh, bapak ini pun bertanya di mana ia harus duduk, tapi semua orang malah langsung menertawainya dan menggelengkan kepala.
"Itu pak tempat dudukmu di sebelah kanan! Jangan lupa absen dulu di belakang!" teriak guru.
Bapak ini mengambil pen dengan ekspresi yang sangat tegang, ia terus memutarkan pen dan tidak tahu bagaimana cara menulis.
Guru berpikir ia tidak menemukan nama anaknya dan langsung berkata: "Ini loh pak, di sini tanda tangannya!"
"Maaf, bu.. Saya… Saya gak bisa menulis…" Ia menundukkan kepalanya serendah mungkin..
Mendengar kalimat ini, kelas sekali lagi dipenuhi dengan suara tertawa yang menghina.
"Oh, iya tak apa. Biar saya yang tanda tangan. Silakan kembali lagi ke kursi Toni, Pak."
"Para Bapak/ibu orang tua murid yang terhormat, rapat hari ini merupakan rapat wali murid terakhir pada semester ini, saya sangat berterima kasih atas dukungan dan kerja keras para bapak/ ibu sekalian. Saya tidak panjang lebar lagi, pada hari ini saya akan membagikan rapor anak- anak dari Bapak/ibu. Begitu nama anak bapak/ibu dipanggil, bapak/ibu silakan maju ke depan, dan berikan sepatah dua kata tentang bagaimana cara anda mendidik anak dan kesan pesan anda selama ini."
Setelah mendengar perkataan guru, seisi kelas langsung heboh dan tegang.. Ibu guru pun menenangkan dengan melambaikan tangan.
"Pertama, orang tua dari Amelia, silakan maju ke depan.."
Setelah orang tua Amelia, masih ada 2 orang tua murid lagi yang sudah maju ke depan dan berbicara. Ya, mereka sebenarnya tidak mengatakan apa pun yang menarik, mereka hanya membagikan bagaimana cara mereka tegas pada anak dan bagaimana cara mereka membantu anak saat mengerjaan PR…
Akhirnya, sudah saatnya orang tua Toni untuk maju ke depan. Seisi kelas pun mulai saling berbisik, mereka semua juga penasaran akan prestasi anaknya.
Tapi ternyata, faktanya sungguh mengejutkan semua orang! Siapa sangka Toni adalah murid terbaik seisi kelas! Semua orang pun bertanya- tanya, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Bapak ini pun mulai menenangkan diri, dengan sedikit menunduk, ia mulai membuka mulut..
"Hehehe…" Tawa bapak ini sambil menundukan kepala, ia tidak begitu berani untuk menatap langsung seisi kelas..
"Toni adalah murid dengan prestasi terbaik di kelas ini. Nilai matematikanya sangat luar biasa, anaknya pun sangat sopan, bertata krama, dan tidak pernah terlambat. Hubungan Toni dan teman- teman sekelas pun sangat baik, diharapkan Bapak dan Ibu bisa tenang sejenak dan mendengarkan orang tuanya berbagi pengalaman dalam mendidik Toni.", ucap ibu guru.
"Sebenarnya, saya tidak punya pengalaman besar.. Saya hanya sangat suka melihat anak- anak saya mengerjakan PR di rumah. Setiap malam, begitu saya pulang kerja, meski sangat lelah, namun saya pasti menemani Toni mengerjakan PR sampai selesai."
Bapak ini berhenti sejenak sambil menatap ibu guru, ibu guru pun langsung tersenyum dan menyuruh bapak ini lanjut berbicara.
"Suatu hari, Toni bertanya pada saya, Bapak setiap hari melihat saya kerjain PR, memangnya bapak bisa baca?"
"Saya menjawab, saya tidak mengerti sama sekali. Toni pun kembali bertanya, Bapak kan gak ngerti, bapak gimana bisa tahu saya beneran bisa mengerjakan PR ini atau tidak?"
Jawabannya sangat sederhana, "Bila anak saya mengerjakan PR-nya dengan cepat dan bersemangat, saya pun tahu bahwa soal ini bisa dikerjakan. Tapi bila anak saya sudah mulai menyalakan kipas angin, minum air putih, saya sudah tahu, soal tersebut pasti sangat sulit."
Keadaan kelas pun mendadak hening, saat itu banyak kelas lain yang sudah menyelesaikan rapat, mulai banyak orang tua yang berdiri di samping jendela untuk mendengar bapak ini berbicara..
"Saya adalah tukang bangunan, jujur saya sangat sibuk, bisa dikatakan sebenarnya waktu saya sangat sedikit untuk mendidik anak saya. Bila ada waktu sebentar, saya hanya bisa mengajak anak saya berbincang.. Bila anak saya sudah terus menatapi saat saya memilih batu dan semen, saya pun akan mengajak anak saya ngobrol.
Saya pernah bertanya pada anak saya,
"Anakku, kamu pengen gak ke luar negeri?"
Tentu anak saya bilang "mau."
"Nah, kalau begitu kamu harus belajar dengan benar ya, nak.."
Anak saya pun menganggukkan kepala.
Bila saya berhasil membangun gedung tinggi, saya akan mengajak anak saya dan berkata kepadanya: "Lihat deh ke atas, pengen gak tinggal di rumah yang tinggi, besar dan mewah ini?"
Anak saya menganggukkan kepala.
Saya pun mengatakan, "Kalau begitu kamu harus belajar baik- baik, ya.."
Bila saya melihat mobil yang begitu mewah dan cepat melaju di jalanan, saya pun akan bertanya pada anak saya, "Kamu pengen gak punya mobil yang panjang dan mewah itu?"
Anak saya tentu menjawab iya..
Saya kembali berkata, "Ya, harus belajar dengan baik, ya.."
Saya tidak pernah sekolah, satu kata pun saya tidak bisa baca, saya pun tidak tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar. Yang hanya bisa saya lakukan adalah, saat melihat sesuatu yang baik, saya akan berbincang dengan anak saya, ketika melihat anak saya menganggukkan kepala dengan semangat, hati saya pun turut bahagia. Saya suka sekali membelai kepala anak saya..
Anak saya suka sekali jongkok di samping dan melihat saya bekerja. Terkadang, ia bahkan bisa membawakan sebotol air untuk saya! Saya jarang sekali memberikan uang jajan pada anak saya, bahkan hampir tidak pernah, oleh karena itu, anak saya tidak pernah bermain internet, apalagi masuk warnet. Ia juga tidak pernah sembarangan membeli makanan di luar, ia selalu menggunakan waktunya untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga dan PR sekolah, bila ada waktu, ia juga bisa membantu saya cuci baju..
Sebagai tukang bangunan, sebenarnya rumah kami bisa berpindah kemana- mana. Projek ada dimana, di sanalah rumah kami. Kalau mau bahas soal pengalaman, sebenarnya saya tidak punya pengalaman apa pun, saya hanya suka menghabiskan waktu bersama anak saya, suka melihat ia mengerjakan PR, suka membelai kepalanya, suka menanyainya… Terima kasih pihak sekolah, terima kasih para guru, kalian lah yang telah mendidik anak saya menjadi seperti ini!"
Setelah selesai mengatakan semuanya, bapak ini langsung memberi hormat pada ibu guru dengan membungkukkan tubuh sedalam- dalamnya.
Para orang tua lain tentunya sangat kaget melihat aksi bapak ini.
Zaman sekarang, apakah masih ada orang tua yang bisa memberi hormat pada guru seperti bapak ini? Apakah masih ada orang tua yang benar- benar berterima kasih pada guru dan sekolah? Biasanya, bila nilai anak tidak baik, yang disalahkan selalu gurunya, tapi bila nilai anaknya baik, malah membanggakan diri sendiri.
Ya, kisah bapak ini benar- benar membuat banyak orang tua tertampar malu. Setelah bapak ini kembali ke kursinya, semua orang tua langsung bertepuk tangan dengan meriah!
Padahal bapak ini 1 kata pun tidak bisa baca, tapi mengapa anaknya bisa begitu berprestasi? Jawabannya karena ia rela menggunakan sisa waktunya untuk mendampingi dan memperhatikan anaknya.
"Bila anak saya mengerjakan PR-nya dengan cepat dan bersemangat, saya pun tahu bahwa soal ini bisa dikerjakan. Tapi bila anak saya sudah mulai menyalakan kipas angin, minum air putih, saya sudah tahu, soal tersebut pasti sangat sulit." Kalimat ini adalah buktinya..
Yuk, segera bagikan kisah inspiratif ini, semoga para orang tua pun bisa mendidik anak- anak dengan bijaksana, yah! Jangan lupa juga untuk berterima kasih pada guru dan pihak sekolah bila anakmu berhasil berprestasi dan bertumbuh menjadi anak yang baik!
Sumber: Pixpo