Mengejutkan! Hidup Miskin Berantakan Karena Ditinggal Pacar Pria Jepang Pun Memutuskan Untuk Melakukan Hal Ini. Anehnya Ribuan Nitizen Mengikuti Langkahnya Tersebut. Selengkapnya...
Seorang pria di Jepang bernama Fumio Sasaki, berusia 36 tahun, ditinggal pacar lantaran gaya hidupnya yang berantakan dan tidak ada perencanaan. Habis pulang kerja, baju dan tasnya dilempar begitu saja, mejanya penuh dengan kaleng bir kosong dan bungkusan cemilan. CD dan buku yang dibelinya pun tertumpuk begitu saja memenuhi kamarnya sampai mau jalan aja susah!
Pria seperi Fumio cukup banyak di Jepang. Sudah umur berapa, belum punya pasangan, rumah masih nyewa, stres karena kerja, dll. Banyak yang akhirnya jatuh depresi dan bunuh diri.
Akan tetapi, Fumio tidak ingin hidupnya terus seperti itu. Ia pun memutuskan untuk 'meminimalisir' hidupnya dan mulai dari awal!
"Belanja, beli barang, apakah dapat membuatmu benar-benar bahagia?"
Fumio dulunya suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Membeli makin banyak barang rasanya memberi kepuasan tersendiri. Tapi sebaliknya, hatinya malah terasa kosong dan hampa. Ia terus merasa ia tidak bisa menandingi orang lain.
Fumio yang sempat kehilangan arah pun jadi kebiasaan, sekali pulang kerja langsung sembunyi di apartemennya minum bir dan nonton film, melewati hidup seperti seorang 'loser' (sebutan untuk orang yang gagal dalam hidupnya). Setelah pacarnya meninggalkannya, yang menemaninya hanyalah tumpukan 'sampah' yang tak terpakai.
"Belanja, beli barang, tidak akan membuatmu bahagia, melainkan membuatmu terbebani."
Fumio yang akhirnya tersadarkan pun membuang seluruh sampah, barangnya yang tak terpakai, termasuk koleksi buku dan CD-nya, ada yang dijual ada juga yang diberikan ke teman.
Sekarang, di apartemen Fumio hanya tersisa 6 helai pakaian untuk dipakai bergantian selama 1 minggu. Ia juga tidak membeli barang apapun.
Di kamar mandinya cuma ada 1 botol sampo, sabun dan sehelai handuk. Di dapurnya juga cuma ada 1 set mangkuk piring dan sebuah pot kopi.
Di kamarnya tidak ada televisi, cuma ada iPhone yang ia pakai dan laptop Macbook yang biasa ia gunakan untuk mencari informasi.
Setelah merubah gaya hidupnya 180 derajat, ia merasa kekosongan dalam hatinya yang selalu tidak bisa ia ungkapkan seakan-akan terisi penuh!
"Gaya hidup minimalis telah merubah hidupku dari luar dan dalam", santunnya kepada wartawan.
Gaya hidup yang diterapkan oleh Fumio adalah "gaya hidup Minimalis" yang saat ini tengah menjamur di Jepang. Semakin banyak muda-mudi yang menerapkan gaya hidup ini. Gaya hidup ini membuat setiap orang berpikir kembali akan apa sebenarnya yang ia butuhkan, membuat orang lebih bijaksana dalam membelanjakan uangnya dan merubah gaya hidup konsumtif menjadi sederhana.
"Aku hanya butuh yang penting saja. Semakin sedikit barang yang tidak kubutuhkan, aku jadi tidak perlu menghabiskan waktu untuk berbelanja atau mengurusi barang-barang tersebut. Aku bisa menggunakan waktu yang terbuang itu untuk melakukan apa yang aku suka, seperti travelling, makan makanan lezat bersama teman, menikmati kegiatan di luar, pergi camping atau naik gunung. Dengan demikian waktu dan konsentrasiku hanya terletak pada hal-hal yang betul-betul berharga dan berarti", kata Fumio.
Pada tahun 2015, Fumio pun menulis sebuah buku yang berjudul "Goodbye, Things!", menceritakan bagaimana hidupnya berubah setelah merubah gaya hidupnya menjadi minimalis. Buku ini pun masuk ke peringkat pertama buku terlaris di Amazon.
Gaya hidup minimalis bukan berarti membuang semua barang, melainkan menseleksi kembali apa yang sebenarnya dibutuhkan. Demi merealisasikan hal penting tersebut, maka barang-barang yang tidak penting haruslah disingkirkan, daripada membebani, menyita waktu dan perhatian.
"Apa yang kamu mau, sebenarnya sudah kamu miliki."
Baju-baju bekas di dalam lemari itu awalnya juga baju baru, baju yang kamu suka dan senang banget pas beli, sampai dipakai berulang kali. Seiring waktu berjalan, kamu akan bosan dan ingin membeli yang baru, tapi kalau dipikir-pikir, apa yang kamu inginkan sebenarnya sudah kamu miliki. Bila paham konsep ini, maka perlahan-lahan sifat materialistis tidak akan bisa menguasai kita, hidup akan menjadi lebih bersih dan sederhana.
Dengan hidup serba cukup, Fumio mengaku menjadi lebih mensyukuri apa yang ia miliki, dan tidak lagi merasa kekurangan. Hal ini membuatnya lebih senang dalam menjalani hidup. Selain itu, hidup minim tidak hanya membuat rumahnya terasa lapang, namun juga membebaskan pikiran.
Sungguh suatu filosofi dan gaya hidup yang luar biasa! Pantas untuk dicoba!
Sumber: Pixpo
Pria seperi Fumio cukup banyak di Jepang. Sudah umur berapa, belum punya pasangan, rumah masih nyewa, stres karena kerja, dll. Banyak yang akhirnya jatuh depresi dan bunuh diri.
Akan tetapi, Fumio tidak ingin hidupnya terus seperti itu. Ia pun memutuskan untuk 'meminimalisir' hidupnya dan mulai dari awal!
"Belanja, beli barang, apakah dapat membuatmu benar-benar bahagia?"
Fumio dulunya suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Membeli makin banyak barang rasanya memberi kepuasan tersendiri. Tapi sebaliknya, hatinya malah terasa kosong dan hampa. Ia terus merasa ia tidak bisa menandingi orang lain.
Fumio yang sempat kehilangan arah pun jadi kebiasaan, sekali pulang kerja langsung sembunyi di apartemennya minum bir dan nonton film, melewati hidup seperti seorang 'loser' (sebutan untuk orang yang gagal dalam hidupnya). Setelah pacarnya meninggalkannya, yang menemaninya hanyalah tumpukan 'sampah' yang tak terpakai.
"Belanja, beli barang, tidak akan membuatmu bahagia, melainkan membuatmu terbebani."
Fumio yang akhirnya tersadarkan pun membuang seluruh sampah, barangnya yang tak terpakai, termasuk koleksi buku dan CD-nya, ada yang dijual ada juga yang diberikan ke teman.
Sekarang, di apartemen Fumio hanya tersisa 6 helai pakaian untuk dipakai bergantian selama 1 minggu. Ia juga tidak membeli barang apapun.
Di kamar mandinya cuma ada 1 botol sampo, sabun dan sehelai handuk. Di dapurnya juga cuma ada 1 set mangkuk piring dan sebuah pot kopi.
Di kamarnya tidak ada televisi, cuma ada iPhone yang ia pakai dan laptop Macbook yang biasa ia gunakan untuk mencari informasi.
Setelah merubah gaya hidupnya 180 derajat, ia merasa kekosongan dalam hatinya yang selalu tidak bisa ia ungkapkan seakan-akan terisi penuh!
"Gaya hidup minimalis telah merubah hidupku dari luar dan dalam", santunnya kepada wartawan.
Gaya hidup yang diterapkan oleh Fumio adalah "gaya hidup Minimalis" yang saat ini tengah menjamur di Jepang. Semakin banyak muda-mudi yang menerapkan gaya hidup ini. Gaya hidup ini membuat setiap orang berpikir kembali akan apa sebenarnya yang ia butuhkan, membuat orang lebih bijaksana dalam membelanjakan uangnya dan merubah gaya hidup konsumtif menjadi sederhana.
"Aku hanya butuh yang penting saja. Semakin sedikit barang yang tidak kubutuhkan, aku jadi tidak perlu menghabiskan waktu untuk berbelanja atau mengurusi barang-barang tersebut. Aku bisa menggunakan waktu yang terbuang itu untuk melakukan apa yang aku suka, seperti travelling, makan makanan lezat bersama teman, menikmati kegiatan di luar, pergi camping atau naik gunung. Dengan demikian waktu dan konsentrasiku hanya terletak pada hal-hal yang betul-betul berharga dan berarti", kata Fumio.
Pada tahun 2015, Fumio pun menulis sebuah buku yang berjudul "Goodbye, Things!", menceritakan bagaimana hidupnya berubah setelah merubah gaya hidupnya menjadi minimalis. Buku ini pun masuk ke peringkat pertama buku terlaris di Amazon.
Gaya hidup minimalis bukan berarti membuang semua barang, melainkan menseleksi kembali apa yang sebenarnya dibutuhkan. Demi merealisasikan hal penting tersebut, maka barang-barang yang tidak penting haruslah disingkirkan, daripada membebani, menyita waktu dan perhatian.
"Apa yang kamu mau, sebenarnya sudah kamu miliki."
Baju-baju bekas di dalam lemari itu awalnya juga baju baru, baju yang kamu suka dan senang banget pas beli, sampai dipakai berulang kali. Seiring waktu berjalan, kamu akan bosan dan ingin membeli yang baru, tapi kalau dipikir-pikir, apa yang kamu inginkan sebenarnya sudah kamu miliki. Bila paham konsep ini, maka perlahan-lahan sifat materialistis tidak akan bisa menguasai kita, hidup akan menjadi lebih bersih dan sederhana.
Dengan hidup serba cukup, Fumio mengaku menjadi lebih mensyukuri apa yang ia miliki, dan tidak lagi merasa kekurangan. Hal ini membuatnya lebih senang dalam menjalani hidup. Selain itu, hidup minim tidak hanya membuat rumahnya terasa lapang, namun juga membebaskan pikiran.
Sungguh suatu filosofi dan gaya hidup yang luar biasa! Pantas untuk dicoba!
Sumber: Pixpo